The Vajra

Zaman Firaun, Penguasa Kaya dan Rakyat Tetap Miskin

Table of Contents

JAKARTA (Langkatoday) - Dalam Tafsir Al-Azhar, Buya Hamka bernama lengkap Haji Abdul Malik Abdul Karim Amrullah menerangkan bahwa di era Firaun berkuasa, manusia dilihat dan dinilai berdasarkan harta benda dan perhiasan yang dimilikinya. Namun, yang merasakan manfaat dari kekayaan itu hanyalah para penguasa, sementara rakyatnya tetap miskin.

Nabi Musa Alaihissalam saat menyadarkan Firaun memasuki istana dengan pakaian sederhana sebagaimana para Rasul lainnya.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَقَالَ مُوْسٰى رَبَّنَآ اِنَّكَ اٰتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَاَهٗ زِيْنَةً وَّاَمْوَالًا فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَاۗ رَبَّنَا لِيُضِلُّوْا عَنْ سَبِيْلِكَ ۚرَبَّنَا اطْمِسْ عَلٰٓى اَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوْا حَتّٰى يَرَوُا الْعَذَابَ الْاَلِيْمَ

Musa berkata, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah memberikan kepada Firaun dan para pemuka kaumnya perhiasan dan harta kekayaan (yang banyak) dalam kehidupan dunia. Ya Tuhan kami, (akibat pemberian itu) mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Mu. Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang sangat pedih." (QS Yunus Ayat 88).

Dalam tafsir Al-Azhar dijelaskan, untuk membuktikan bagaimana mewahnya zaman Firaun itu dengan perhiasan dan harta benda, sampai sekarang masih dapat kita lihat pada gedung Arca (Museum) Purbakala Mesir di Kairo.

Di sana kita dapati Mumi, yaitu tubuh jenazah raja-raja yang telah dibalsem dengan semacam obat atau ramuan untuk mengeraskan mayat itu, sehingga sudah lebih dari 3,000 tahun, masih saja belum rusak jenazahnya. Mayat-mayat itu terhantar dalam Museum seakan-akan dendeng yang telah keras. Giginya, hidungnya dan jari-jarinya masih lengkap.

Tidak berhenti-hentinya ahli-ahli purbakala yang khusus menyelidiki Mesir, yang telah ada sejak Napoleon memasuki negeri itu pada permulaan Abad Ke-19, yang dinamai Ilmu Egyptologie (Ilmu Kemesiran) menggali bekas-bekas purbakala itu.

Didapati kuburan Ratu Tutankhmen di dalam sebuah keranda emas berlapis tujuh. Didapatlah singgasana daripada emas, barang-barang perhiasan dari batu-batu permata yang mahal. Di sana-sini ditemukan barang-barang perhiasan itu, banyak di antaranya dibawa orang ke Eropa lalu dijadikan perhiasan Museum di negeri-negeri Barat.

Tentu saja di samping raja-raja dan permaisuri, penyokong-penyokong istana, menteri-menteri, orang besar-besar, kepala-kepala perang, pendeta-pendeta, semuanya pun lengkap dengan perhiasan dan harta benda. Sampai sekarang pun masih dapat kita lihat wajah mereka itu dilukiskan pada dinding Piramida atau bangunan-bangunan lain di Luxor, di Aswan, di Abu Simbel dan lain-lain, yang penuh Mesir Ulu dan Mesir Ilir dengan dinding-dinding berpeta bertulisan menunjukkan kemewahan itu.

Dari mana sumber segala kekayaan, harta benda dan kemewahan itu?

Di zaman kebesarannya Firaun-firaun Mesir telah menaklukkan negeri-negeri sekitanya. Kekuasaannya sampai ke Libya, ke Naubah dan ke Mesopotamia. Negeri-negeri yang ditaklukkan itu dirampas segala harta-bendanya, diperbudak rakyatnya dan dikuasai negerinya.

Penguasa Kaya, Rakyat Tetap Miskin

Tetapi yang merasakan manfaat dari kekayaan yang berlimpah-limpah itu hanyalah pihak penguasa. Adapun rakyat tetaplah dalam kemiskinan dan kemelaratan. Terutama lagi kaum Bani Israil, keturunan Yakub dan Yusuf yang telah berdiam di Mesir. Mereka menjadi rakyat kelas tiga yang tertindas dan terhina.

Lantaran itu maka penilaian terhadap seseorang ditentukan oleh harta benda dan perhiasannya.

Nabi Musa sendiri seketika masih hidup dalam istana, menuruti hidup yang mewah itu. Tetapi setelah dia datang kembali ke Mesir, sebagai seorang Rasul Allah, dia telah melempar jauh kehidupan mewah itu.

Nabi Musa datang membawa kebesaran jiwa, keteguhan hati dan keberanian dalam mempertahankan kebenaran.

Nabi Musa datang menemui Firaun ke istana dengan berpakaian yang sederhana saja, sebagai layaknya seorang Rasul.

Dilukiskan di dalam Alquran, Surat 43 Az-Zukhruf, bahwa Firaun mengomel, mengapa Musa datang hanya berpakaian biasa, tidak menuruti protokol dan adat istiadat.

Firaun berkata, “Mengapa dia (Musa) datang tidak memakai perhiasan dan gelang-gelang yang melilit tangan, yang terbuat dari emas. Kalau dia mengaku sebagai Utusan Tuhannya, mengapa dia tidak diiringkan oleh pengawal-pengawal yang terdiri dari Malaikat?”

Selanjutnya berdoalah Nabi Musa, “Ya Tuhan kami! Musnahkanlah harta benda mereka.”

Karena selama harta benda itu masih mereka kuasai, mereka masih akan berlaku aniaya dan kejam kepada rakyat dan sesama manusia. Karena dengan harta benda yang banyak itu, mereka masih mempunyai kesempatan berbuat segala maksiat dalam negeri.

“Dan keraskanlah hati mereka, maka tidaklah mereka beriman, sehingga mereka lihat azab yang pedih itu."

Di dalam Surat Yunus Ayat 88, Nabi Musa telah sampai kepada puncak doa permohonan kepada Allah yang begitu keras, melihat kesombongan Firaun dan pengikutnya, melihat kezaliman aniaya mereka karena bersandar kepada harta benda yang banyak itu, yang telah diberi peringatan dengan berbagai peringatan, namun mereka masih tetap menentang.

Tidak ada jalan lain lagi, biarkanlah hati itu tinggal keras. Sehingga kesombongan sampai ke puncak dan keaniayaan mencapai klimaksnya. Karena hati-hati yang sesat ini sudah tidak mau diperbaiki lagi.

Karena demikian, jadikanlah hati mereka keras sekeras batu, atau kepala batu seperti kata orang zaman sekarang. Karena orang yang seperti ini tidak akan dapat diperbaiki lagi, kalau tidak dengan pukulan palu godam yang dahsyat berupa azab.

Di dalam sejarah perjalanan manusia di dunia ini selalu dapat kita saksikan kezaliman, kesombongan lantaran berkuasa, pemakaian harta benda yang dibuat sesuka hati dan kemewahan yang berlebih-lebihan, menyebabkan orang lupa daratan.

Seruan Nabi-nabi dan orang-orang yang mempunyai cita-cita (ideal) mengajak kepada hidup yang lebih baik, selalu menjadi ejekan dari pihak yang berkuasa. Segala orang yang menyeru kepada jalan yang benar, dipandang oleh si penguasa itu sebagai musuhnya, lalu dibencinya.

Sebaliknya segala orang penjilat dan pengambil muka, pemuja-pemuja, sampai menyamakan martabat raja atau pemimpin itu kepada martabat Tuhan, menyebabkan mereka bertambah tenggelam. Tidak ada orang yang jujur. Sebab yang jujur dimusuhi.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

۞ وَلَوْ بَسَطَ اللّٰهُ الرِّزْقَ لِعِبَادِهٖ لَبَغَوْا فِى الْاَرْضِ وَلٰكِنْ يُّنَزِّلُ بِقَدَرٍ مَّا يَشَاۤءُ ۗاِنَّهٗ بِعِبَادِهٖ خَبِيْرٌۢ بَصِيْرٌ

Seandainya Allah melapangkan rezeki kepada hamba-hamba-Nya, niscaya mereka akan berbuat melampaui batas di bumi. Akan tetapi, Dia menurunkan apa yang Dia kehendaki dengan ukuran (tertentu). Sesungguhnya Dia Maha Teliti lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS Asy-Syura Ayat 27) (rel/rol)

channel whastapp langkatoday