Jangan Adu Domba Kemanusiaan: Membandingkan Palestina dan Langkat adalah Kekeliruan
Akademisi dan Praktisi Ekonomi Syariah
STABAT (Langkatoday) - Dalam pusaran informasi dan opini di media sosial, kadang kita menemukan perbandingan yang terkesan 'pedas' dan kurang tepat. Salah satunya adalah narasi yang mencoba mengadu domba antara urgensi donasi untuk Palestina dengan kebutuhan pembangunan di Kabupaten Langkat kita tercinta. Opini ini seringkali berargumen, "Mengapa sibuk bantu Palestina, padahal di Langkat sendiri masih banyak yang kekurangan?"
Perlu ditegaskan, perbandingan semacam ini tidak adil dan justru mereduksi esensi kemanusiaan. Mari kita luruskan mengapa kedua isu ini tidak bisa disamakan apalagi dipertentangkan.
Dua Skala, Dua Krisis yang Berbeda
Pertama-tama, kita harus memahami skala dan konteks masalahnya. Palestina saat ini menghadapi krisis kemanusiaan yang akut akibat konflik bersenjata, blokade, dan pelanggaran hak asasi manusia skala internasional. Jutaan jiwa kehilangan tempat tinggal, makanan, dan akses kesehatan dasar. Donasi yang mengalir ke sana adalah bantuan darurat kemanusiaan untuk menyelamatkan nyawa dan meringankan penderitaan akibat perang. Ini adalah panggilan solidaritas global.
Sementara itu, Kabupaten Langkat menghadapi tantangan pembangunan domestik. Masalah seperti kemiskinan, infrastruktur yang belum merata, atau akses pendidikan yang terbatas adalah realita yang harus kita hadapi dan selesaikan bersama. Ini adalah agenda pembangunan jangka panjang yang menjadi tanggung jawab utama pemerintah daerah dan pusat, didukung oleh partisipasi aktif masyarakat.
Bantuan Global vs Tanggung Jawab Lokal
Dana yang terkumpul untuk Palestina umumnya berasal dari donasi global dan bantuan kemanusiaan Internasional. Ini adalah respons kolektif masyarakat dunia terhadap krisis yang melampaui batas negara.
Adapun penyelesaian masalah di Langkat adalah tanggung jawab primer pemerintah daerah dan pusat, melalui alokasi APBD dan APBN. Tentu saja, inisiatif filantropi lokal (BAZNAS, Lembaga Amil Zakat) dan gotong royong masyarakat sangat penting, tetapi beban utama ada pada struktur pemerintahan kita.
Solidaritas Tak Mengenal Batas
Mengklaim bahwa membantu satu pihak berarti melupakan pihak lain adalah pandangan yang sempit. Solidaritas kemanusiaan tidak mengenal batas geografis. Kepedulian terhadap penderitaan di Palestina tidak serta merta mengurangi kepedulian kita terhadap sesama di Langkat. Justru, ini menunjukkan bahwa empati adalah nilai universal yang harus kita jaga.
Donasi untuk Palestina adalah wujud kepedulian kita sebagai bagian dari masyarakat global terhadap krisis kemanusiaan berskala besar. Sementara itu, upaya membangun Langkat adalah wujud tanggung jawab kita sebagai warga negara dan anak daerah untuk kemajuan kampung halaman.
Mari Bergerak Bersama, Bukan Saling Menyalahkan
Daripada membandingkan dan menciptakan dikotomi yang tidak perlu, lebih baik kita fokus pada bagaimana kita bisa berkontribusi pada kedua sisi. Kita bisa menyisihkan sebagian rezeki untuk saudara-saudari kita di Palestina yang sedang berjuang di tengah konflik, sekaligus aktif terlibat dalam upaya memajukan Langkat.
Mari kita hentikan narasi yang mencoba mengadu domba kepedulian ini. Keduanya penting, keduanya membutuhkan perhatian. Solidaritas adalah kekuatan kita, baik untuk saudara sebangsa di Langkat maupun untuk sesama manusia di belahan dunia lain.