The Vajra

Pawai Obor: Antara Semangat Beragama atau Euforia Semata?

Table of Contents

STABAT (Langkatoday) - Pawai obor kerap menjadi salah satu tradisi yang meriah menyambut datangnya bulan suci Ramadhan atau memperingati Tahun Baru Islam.

Ribuan anak muda, khususnya remaja masjid, turun ke jalan membawa obor, berselawat, dan menunjukkan antusiasme luar biasa. Namun, di balik gemerlap cahaya obor dan semarak sorak sorai, muncul pertanyaan penting: Apakah ini benar-benar cerminan semangat beragama, atau sekadar euforia sesaat?

Ironisnya, setelah pawai selesai dan keramaian usai, masjid-masjid kembali lengang dari kehadiran remaja yang tadi begitu bersemangat.

Banyak dari mereka yang jarang terlihat dalam sholat berjamaah, bahkan pada waktu-waktu utama seperti Maghrib atau Isya. Aktivitas keagamaan yang bersifat rutin dan substansial justru sering diabaikan.

Fenomena ini menandakan adanya kegagalan dalam memaknai religiusitas secara mendalam. Agama seharusnya tidak hanya dirayakan melalui simbol dan seremoni, tetapi lebih penting lagi melalui komitmen dalam menjalankan kewajiban harian, seperti sholat berjamaah dan kegiatan kajian keislaman. Semangat religius seharusnya tidak berhenti pada kemeriahan, tetapi juga diwujudkan dalam konsistensi ibadah dan kontribusi nyata bagi kehidupan beragama di masyarakat.

Pawai obor tentu bukan sesuatu yang salah. Ia bisa menjadi sarana syiar yang positif jika dimaknai dan diikuti dengan pembinaan yang berkelanjutan. Namun, tanpa fondasi keagamaan yang kuat, kegiatan semacam ini rentan menjadi sekadar simbolisme kosong yang tidak berdampak pada pembentukan karakter Islami.

Sudah saatnya para pembina remaja masjid, pengurus DKM, dan tokoh masyarakat merenungkan ulang arah kegiatan keagamaan kita. Jangan sampai kita terjebak pada kemasan tanpa isi—ramai saat festival, sepi saat ibadah. Semangat religius sejati bukan tentang siapa yang paling keras bersorak, tetapi siapa yang paling konsisten dalam taat. (rel/rhm)

channel whastapp langkatoday